Asal muasal nama kota kelahiranku......:)
Kabupaten Biak Numfor terletak di Teluk Cenderawasih pada titik 0°21'-1°31' LS, 134°47'-136°48' BT dengan ketinggian 0 - 1.000 meter di atas permukaan laut.
Kabupaten ini merupakan gugusan pulau yang berada di sebelah utara daratan Papua dan berseberangan langsung dengan Samudera Pasifik. Posisi ini menjadikan Kabupaten Biak Numfor sebagai salah satu tempat yang strategis dan penting untuk berhubungan dengan dunia luar terutama negara-negara di kawasan Pasifik, Australia atau Filipina. Letak geografis ini memberikan kenyataan bahwa posisinya sangat strategis untuk membangun kawasan industri, termasuk industri pariwisata.
Sejarahnya nama tempat kelahiranku
Kabupaten Biak Numfor terletak di Teluk Cenderawasih pada titik 0°21'-1°31' LS, 134°47'-136°48' BT dengan ketinggian 0 - 1.000 meter di atas permukaan laut.
Kabupaten ini merupakan gugusan pulau yang berada di sebelah utara daratan Papua dan berseberangan langsung dengan Samudera Pasifik. Posisi ini menjadikan Kabupaten Biak Numfor sebagai salah satu tempat yang strategis dan penting untuk berhubungan dengan dunia luar terutama negara-negara di kawasan Pasifik, Australia atau Filipina. Letak geografis ini memberikan kenyataan bahwa posisinya sangat strategis untuk membangun kawasan industri, termasuk industri pariwisata.
Sejarahnya nama tempat kelahiranku
Pada waktu pemerintah Belanda berkuasa di daerah Papua hingga awal
tahun 1960-an nama yang dipakai untuk menamakan Kepulauan Biak-Numfor
adalah Schouten Eilanden, menurut nama orang Eropa pertama berkebangsaan
Belanda, yang mengunjungi daerah ini pada awal abad ke 17. Nama-nama
lain yang sering dijumpai dalam laporan-laporan tua untuk penduduk dan
daerah kepuluan ini adalah Numfor atau Wiak. Fonem w pada kata wiak
sebenarnya berasal dari fonem v yang kemudian berubah menjadi b sehingga
muncullah kata biak seperti yang digunakan sekarang. Dua nama terakhir
itulah kemudian digabungkan menjadi satu nama yaitu Biak-Numfor, dengan
tanda garis mendatar di antara dua kata itu sebagai tanda penghubung
antara dua kata tersebut, yang dipakai secara resmi untuk menamakan
daerah dan penduduk yang mendiami pulau-pulau yang terletak di sebelah
utara Teluk Cenderawasih itu. Dalam percakapan sehari-hari orang hanya
menggunakan nama Biak saja yang mengandung pengertian yang sama juga
dengan yang disebutkan di atas
Tentang asal-usul nama serta arti kata tersebut ada beberapa
pendapat. Pertama ialah bahwa nama Biak yang berasal dari kata v`iak itu
yang pada mulanya merupakan suatu kata yang dipakai untuk menamakan
penduduk yang bertempat tinggal di daerah pedalaman pulau-pulau
tersebut. Kata tersebut mengandung pengertian orang-orang yang tinggal
di dalam hutan`,`orang-orang yang tidak pandai kelautan`, seperti
misalnya tidak cakap menangkap ikan di laut, tidak pandai berlayar di
laut dan menyeberangi lautan yang luas dan lain-lain. Nama tersebut
diberikan oleh penduduk pesisir pulau-pulau itu yang memang mempunyai
kemahiran tinggi dalam hal-hal kelautan. Sungguhpun nama tersebut pada
mulanya mengandung pengertian menghina golongan penduduk tertentu, nama
itulah kemudian diterima dan dipakai sebagai nama resmi untuk penduduk
dan daerah tersebut.
Pendapat lain, berasal dari keterangan ceritera lisan rakyat berupa
mite, yang menceritakan bahwa nama itu berasal dari warga klen Burdam
yang meninggalkan Pulau Biak akibat pertengkaran mereka dengan warga
klen Mandowen. Menurut mite itu, warga klen Burdam memutuskan berangkat
meninggalkan Pulau Warmambo (nama asli Pulau Biak) untuk menetap di
suatu tempat yang letaknya jauh sehingga Pulau Warmambo hilang dari
pandangan mata. Demikianlah mereka berangkat, tetapi setiap kali mereka
menoleh ke belakang mereka melihat Pulau Warmambo nampak di atas
permukaan laut. Keadaan ini menyebabkan mereka berkata, v`iak wer`, atau
`v`iak`, artinya ia muncul lagi. Kata v`iak inilah yang kemudian
dipakai oleh mereka yang pergi untuk menamakan Pulau Warmambo dan hingga
sekarang nama itulah yang tetap dipakai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar